Financeroll - Sepinya sentimen yang jadi katalis positf, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Rabu (3/7) diprediksi variatif cenderung melemah terbatas. Support indeks 4.685 dan resistance 4.745. Bursa domestik masih minim sentimen positif yang dapat mengangkat indeks rally lebih lanjut.
Pascakenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang diekspektasikan memicu kenaikan inflasi dan BI rate. Saham BBCA, BBRI, dan BMRI mendapat rekomendasi beli dari analis. Alasannya, ketiga bank tersebut diutungkan oleh besarnya rasio dana murah terhadap total Dana Pihak Ketiga (DPK).
Selain itu, DPK memang pertumbuhanya lebih kecil dibandingkan pertumbuhan kredit. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), DPK hanya tumbuh 15,5% sedangkan kredit tumbuh 21% per April 2013. Akibatnya, Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat.
Hanya saja, posisi LDR perbankan saat ini masih di level optimal pada kisaran 85% atau masih dalam kisaran yang ditentukan BI antara 70% hingga 100%. Bank memang biasanya mempertahankan LDR dalam kisaran optimal 80-85%. Dari sisi ini, masih belum jadi masalah dari sisi likuiditas bank. Karena pertumbuhan DPK lebih kecil dibandingkan pertumbuhan kredit, seiring kenaikan BI rate ke 6%, DPK menjadi perebutan perbankan. Siapa yang bunga depositonya naik paling tinggi, dana nasabah akan mengalir ke situ.
Pada perdagangan Selasa (2/7) saham PT Bank Central Asia (BBCA) ditutup menguat Rp 50 (0,50%) ke posisi Rp 9.950; PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) melemah Rp 100 (1,25%) ke level Rp 7.850; PT Bank Mandiri (BMRI) turun Rp 350 (3,93%) ke Rp 8.550; PT Bank Negara Indonesia (BBNI) melandai Rp 150 (3,48%) ke Rp 4.150.
Untuk bank seperti BBCA sudah menjadi bank transaksi sehingga DPK-nya sangat kuat. Dari sisi DPK, BCA memenangkan persaingan. Itupun jika dikerucutkan, kenaikan BI rate menguntungkan bank-bank yang dana murahnya banyak seperti tabungan dan giro. Sedangkan deposito merupakan dana mahal. Faktor DPK menjadi concern semua bank. Dari waktu ke waktu, mereka rebutan. Jadi memang, tugas bank adalah menampung dana masyarakat dan menyalurkan kredit untuk mengembangkan bisnisnya.
Per Maret 2013, Dana murah BBCA 81% (tabungan dan giro) dan 19% deposito, dana murah BMRI mencapai 68%, BBNI 65% dan BBRI 60%. Bunga tabungan dan giro, paling-paling 1-2% sehingga cost of fund-nya kecil. Dari sisi dana murah, BCA yang paling menonjol. Tapi, secara umum, para pelaku pasar saham suka sama bank-bank ini karena masuk kategori LQ45.
BBCA diuntungkan. Suku bunga kredit naik sementara cost of fund atau biaya bunga dana murah tidak sebesar suku bunga kredit. Jadi, BCA mengandalkan dana murah yang mencapai 81% dari total DPK. Karena itu, profitabilitas DPK BCA akan meningkat dengan kenaikan BI rate.
Intinya, jika suatu bank sudah dipakai sebagai bank transaksi seperti bayar listrik, asuransi, reksadana, telepon, tagihan dan lain-lain, nasabah akan tetap menaruh dananya di situ. Nasabah tidak minta bunga, karena motif menyimpan uang hanya untuk transaksi sehingga menjadi dana murah bagi BCA. Sebagai bank transaksi, sistem BCA sudah kuat.
Target harga relatif untuk BBRI di atas level Rp 9.000 ke Rp 9.300 dalam kuartal III-2013 dengan PER 11 kali. Target harga BMRI Rp 11.000; dan BBCA Rp 10.500 dalam kuartal III-2013. Dari sisi harga, saham BBCA memang sudah tinggi tapi bukan berarti negatif secara fundamental. Jadi, harga di pasar sudah tinggi. Saya rekomendasikan buy untuk tiga saham tersebut.
Target harga BBNI di Rp 5.300. Tapi, karena tidak ada story-nya, saya tidak merekomendasikan untuk BBNI. Hanya saja, secara umum saya masih merekomendasikan positif untuk saham-saham bank. Hanya saja, untuk rekomendasi memang tidak usah banyak-banyak, 1-2 saja, kalau bukan BBCA-BMRI ya, BMRI-BBRI, karena BBCA sudah mahal. BMRI dan BBRI upside potential-nya paling besar. Tapi, secara fundamental, BCA punya story yang bagus. BBNI, tak punya cerita fundamentalnya. [geng]
Hendi Suhendi 03 Jul, 2013 -
Source: http://financeroll.co.id/news/78294/ihsg-berpeluang-melemah-saham-perbankan-layak-dipertimbangkan