Financeroll - Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (26/6) ditutup melemah 20 poin (0,201%) ke posisi Rp 9.930-9.940 dari posisi kemarin Rp 9.910-8.920. Pelemahan rupiah hari ini terutama dipicu oleh sentimen eksternal yang cukup dominan. Salah satunya adalah serangkaian data ekonomi AS yang dirilis semalam menunjukkan angka yang cukup positif.
Selain itu, consumer confidence AS naik dari 74,3 menjadi 81,4 untuk Juni 2013, penjualan rumah juga naik dari 466 ribu unit menjadi 476 ribu unit untuk Mei, dan durable goods order juga naik dari 3,5% menjadi 3,6% untuk Juni. Data-data tersebut menegaskan ekspektasi pasar bahwa The Fed sedang bersiap mengurangi stimulus moneternya dalam waktu dekat. Sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terlemahnya Rp 9.935 setelah mencapai level terkuatnya Rp 9.915 per dolar AS dari posisi pembukaan di level terkuatnya itu.
Terlebih, data-data tersebut dirilis jelang pengumuman Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal I-2013 untuk sesi final nanti malam. Pasar akan terus menyesuaikan ekspektasi penarikan stimulus moneter AS sesuai dengan perkembangan data ekonominya. Yang jadi kata kunci, adalah pernyataan Gubernur The Fed Ben Bernanke pekan lalu bahwa The Fed bisa mengurangi stimulus jika kondisi ekonomi membaik sesuai dengan perkiraan bank sentral. Jika data-data ekonomi AS membaik, ekspektasi pengurangan stimulus juga semakin kuat.
Di sisi lain, jika ada data AS yang memburuk, ekspektasi itu pun berkurang. Ini akan terus terulang hingga pertemuan The Fed berikutnya. Data-data AS semalam memang belum cukup untuk pencabutan stimulus tapi membuat pasar khawatir dengan pengurangan stimulus. Sebab, ada peluang paling cepat The Fed akan mengurangi stimulus pada pertemuan September 2013.
Jika stimulus berkurang, sokongan rally bursa saham juga berkurang. Meskipun pengurangan stimulus itu seiring dengan membaiknya ekonomi AS. Apalagi, ada juga sebagian kalangan yang masih meragukan apakah momentum pemulihan ekonomi AS dapat berkelanjutan sehingga mengharapkan berlanjutnya stimulus.
Selain faktor AS, pelemahan rupiah juga dipicu oleh komentar dari Gubernur European Central Bank (ECB) Mario Draghi kemarin yang tidak begitu positif. Draghi menyatakan, lemahnya outlook ekonomi zona euro sehingga masih ada peluang pelonggaran moneter lebih lanjut dari Bank Sentral Eropa. Outlook ekonomi zona euro saat ini, masih menjamin kebijakan moneter longgar dan kebijakan Outright Monetary Transactions (OMT) masih dibutuhkan dan berperan penting untuk menjaga stabilitas ekonomi zona euro.
Akhirnya, dolar AS hanya melemah tipis terhadap mayoritas mata uang utama tapi menguat terhadap euro. Indeks dolar AS melemah ke 82,61 dari sebelumnya 82,62. Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan menguat ke USD 1,3073 dari sebelumnya USD 1,3081 per euro. [geng]
Sugeng Riyadi 26 Jun, 2013 Selain itu, consumer confidence AS naik dari 74,3 menjadi 81,4 untuk Juni 2013, penjualan rumah juga naik dari 466 ribu unit menjadi 476 ribu unit untuk Mei, dan durable goods order juga naik dari 3,5% menjadi 3,6% untuk Juni. Data-data tersebut menegaskan ekspektasi pasar bahwa The Fed sedang bersiap mengurangi stimulus moneternya dalam waktu dekat. Sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terlemahnya Rp 9.935 setelah mencapai level terkuatnya Rp 9.915 per dolar AS dari posisi pembukaan di level terkuatnya itu.
Terlebih, data-data tersebut dirilis jelang pengumuman Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal I-2013 untuk sesi final nanti malam. Pasar akan terus menyesuaikan ekspektasi penarikan stimulus moneter AS sesuai dengan perkembangan data ekonominya. Yang jadi kata kunci, adalah pernyataan Gubernur The Fed Ben Bernanke pekan lalu bahwa The Fed bisa mengurangi stimulus jika kondisi ekonomi membaik sesuai dengan perkiraan bank sentral. Jika data-data ekonomi AS membaik, ekspektasi pengurangan stimulus juga semakin kuat.
Di sisi lain, jika ada data AS yang memburuk, ekspektasi itu pun berkurang. Ini akan terus terulang hingga pertemuan The Fed berikutnya. Data-data AS semalam memang belum cukup untuk pencabutan stimulus tapi membuat pasar khawatir dengan pengurangan stimulus. Sebab, ada peluang paling cepat The Fed akan mengurangi stimulus pada pertemuan September 2013.
Jika stimulus berkurang, sokongan rally bursa saham juga berkurang. Meskipun pengurangan stimulus itu seiring dengan membaiknya ekonomi AS. Apalagi, ada juga sebagian kalangan yang masih meragukan apakah momentum pemulihan ekonomi AS dapat berkelanjutan sehingga mengharapkan berlanjutnya stimulus.
Selain faktor AS, pelemahan rupiah juga dipicu oleh komentar dari Gubernur European Central Bank (ECB) Mario Draghi kemarin yang tidak begitu positif. Draghi menyatakan, lemahnya outlook ekonomi zona euro sehingga masih ada peluang pelonggaran moneter lebih lanjut dari Bank Sentral Eropa. Outlook ekonomi zona euro saat ini, masih menjamin kebijakan moneter longgar dan kebijakan Outright Monetary Transactions (OMT) masih dibutuhkan dan berperan penting untuk menjaga stabilitas ekonomi zona euro.
Akhirnya, dolar AS hanya melemah tipis terhadap mayoritas mata uang utama tapi menguat terhadap euro. Indeks dolar AS melemah ke 82,61 dari sebelumnya 82,62. Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan menguat ke USD 1,3073 dari sebelumnya USD 1,3081 per euro. [geng]
-
Source: http://financeroll.co.id/news/77762/rabu-sore-rupiah-ditutup-melemah-di-level-rp-9-930-usd