Financeroll - Pergerakan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tapi rupiah sebaliknya.
Pasar merespons kebijakan moneter longgar ECB-BoE dan mencemaskan risiko
politik di Portugal, Italia, dan Yunani. Melandainya pergerakan rupiah
akhir pekan ini dipicu oleh pasar yang sedikit waspada menjelang rilis
data non-farm payrolls dan tingkat pengangguran AS nanti malam.
Karena itu, nuansa yang
terjadi di pasar adalah penguatan dolar AS dan jadi tekanan negatif bagi
rupiah. Kondisi itu, kata Firman, terjadi setelah kemarin malam
European Central Bank (ECB) dan Bank of England (BoE) memberikan
komitmen untuk tetap menjaga kebijakan moneter longgarnya. Sepanjang
perdagangan, rupiah mencapai level terlemahnya Rp 9.945 dengan level
terkuat Rp 9.930 dari posisi pembukaan di Rp 9.938 terhadap dolar AS.
Kurs rupiah terhadap dolar
AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (5/7) ditutup melemah 5
poin (0,05%) ke posisi Rp 9.940-9.945 dari posisi kemarin Rp
9.935-9.940. Lebih jauh Firman menjelaskan, pertemuan ECB semalam
berbeda dari pertemuan sebelumnya. Sebab, ECB mengatakan, kebijakan
moneter longgar akan dijalankan untuk sementara waktu dan ini tentunya
akan menegaskan komitmen bahwa bank sentral mungkin akan mempertahankan
tingkat suku bunga rendah dalam beberapa pertemuan mendatang.
Selain itu, pelemahan
rupiah juga dipicu oleh pasar yang juga mencemaskan risiko politik yang
berkembang di Portugal dan Italia. Lonjakan yield obligasi tidak hanya
terjadi di Portugal tapi juga pada negara-negara anggota zona euro
lainnya. Dari Portugal, pasar mengkhawatirkan keutuhan koalisi
pemerintahan setelah salah satu pimpinan partai koalisi mengundurkan
diri dari kabinet. Pasar mengkhawatirkan koalisi pemerintahan itu tidak
akan bertahan lama.
Jika koalisi tidak
bertahan, mau tidak mau, Portugal harus mengusulkan pemilu dini. Jika
ini terjadi, tentu akan mempersulit Portugal mengikuti program bailout
yang dijadwalkan akhir tahun ini. Akibatnya, yield obligasi Portugal
mencapai level krusial 7,04% untuk tenor 10 tahun. Level yield ini tidak
bagus untuk kesehatan keuangan Portugal.
Akhirnya, dolar AS menguat
terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro. Indeks dolar
AS menguat ke 83,93 dari sebelumnya 83,77. Terhadap euro, dolar AS
ditransaksikan menguat ke USD 1,2890 dari posisi sebelumnya USD 1,2910
per euro.
Dari bursa saham, IHSG
sebenarnya masih cari-cari arah sehingga belum memperlihatkan pola
pergerakan yang jelas. Pada perdagangan Jumat (5/7) IHSG ditutup
menguat 20,87 poin (0,46%) ke posisi 4.602,807. Intraday terendah
4.581,888 dan tertinggi 4.647,272. Sebab, dalam sebulan teakhir, dana
asing yang keluar dalam angka yang signifikan. Apalagi, indeks juga
sudah terkoreksi dalam. Kondisi ini menjadi sinyal lampu kuning bagi
IHSG.
Dari pergerakan dari IHSG
sendiri yang melemah dalam sebulan terakhir dan aliran dana asing yang
keluar harus membuat sedikit waspada bagi investor. Sebab, dalam jangka
pendek maupun menengah, koreksi IHSG bisa berlanjut ke arah 4.000.
Dengan pelemahan ini, membuat beberapa harga saham menjadi normal
dibandingkan sebelumnya yang berada di atas valuasi fundamentalnya.
Sementara itu, penguatan
indeks Jumat (5/7) ini, lebih dipicu oleh pergerakan bursa regional
yang cenderung menguat dalam dua hari terakhir. Pasar terpengaruh
positif oleh data-data tenaga kerja AS dan European Central Bank (ECB)
yang mempertahankan tingkat suku bunganya dalam periode yang lebih
lama. Tapi, rilis data tingkat pengangguran AS nanti malam baru bisa
berpengaruh awal pekan depan. [geng]
Sugeng Riyadi 06 Jul, 2013
-
Source: http://financeroll.co.id/news/